Mengenal Uniknya Budaya Matrilineal dalam Adat Minangkabau – Engrasia
Cart 0
Whatsapp: 081297175060

terima kasih, respon & pengiriman cepat dan...
- Indra Tjahjani, Jakarta (TrustSpot Verified ✓)

Very fast response and delivery, superb!! Ratin...
- Harry Ibrahim, Jakarta (TrustSpot Verified ✓)

Batik nya bagus2,tolong perbanyak indigo. Ratin...
- Ine Wardhana, Jakarta (TrustSpot Verified ✓)

Very trusted! Always up to date. Rating: ★★★★★
- Katarina Elim, Jakarta (TrustSpot Verified ✓)

Batik sangat beragam dengan harga sangat terjan...
- Yulia Arseno, Tangerang (TrustSpot Verified ✓)

Puas dengan pelayanan yg cepat. Dan selain cora...
- Angelina Zanita Niken, Yogyakarta (TrustSpot Verified ✓)

Batiknya bagus2. Harganya OK. Servisnya OK bang...
- Lily Sumichan, Denpasar (TrustSpot Verified ✓)

Sungguh professional. Kain-kain yang dipesan se...
- Sofia, Malaysia (TrustSpot Verified ✓)

Reliable both quality and the price, as well as...
- Fitri, Jakarta (TrustSpot Verified ✓)

Barang Sesuai gambar. Thanx Engrasia ;) Rating:...
- Hanly, Malang (TrustSpot Verified ✓)

Saya puas dg kerajinan pembatik Indonesia yg be...
- Natalia Dwi Cahyani, Surabaya (TrustSpot Verified ✓)

Mengenal Uniknya Budaya Matrilineal dalam Adat Minangkabau

Dita Nadya Ardiyani

Di berbagai belahan dunia, sistem budaya masyarakat yang dijunjung umumnya mengikuti pola patrilineal yaitu mengutamakan garis keturunan dari pihak ayah. Namun, ada pula sistem budaya masyarakat yang menggunakan pola matrilineal yaitu menempatkan wanita sebagai pusat ‘semesta’.

Ya, budaya tersebut terdapat pada adat Minangkabau di Sumatera Barat. Masyarakatnya mengutamakan wanita, garis keturunan dari pihak ibu, dalam berbagai tatanan kehidupan. Jumlah anggotanya yang sangat banyak membuat masyarakat Minangkabau dinobatkan sebagai penganut sistem matrilineal terbesar di dunia.

Keunikan sistem tersebut bermula dari era Datuk Katumanggungan, seorang raja Minang di masa lampau. Beliau tidak menginginkan Kerajaan Minang dan Majapahit berperang sehingga beliau menjodohkan puterinya, Putri Jamilan, dengan Adityawarman. Kelak ketika sudah menikah, Datuk tidak khawatir karena kerajaan tetap diwariskan kepada keluarga dari pihak wanita.

Oleh karena itu, setiap anak yang dilahirkan dalam lingkup masyarakat Minangkabau memiliki suku yang sama dengan ibunya.

Lalu, pada praktiknya hingga saat ini, apa saja sih keunikan dari sistem budaya matrilineal di Minangkabau?

Gelar Bundo Kanduang

Bundo Kanduang adalah gelar yang diwariskan turun-temurun dan disandang oleh keturunan wanita. Umumnya wanita yang terpilih menjadi Bundo Kanduang adalah istri dari datuk. Hmm.. ‘terpilih’?

Gelar ini memang tidak diberikan begitu saja, melainkan harus melalui proses pemilihan oleh Lembaga Bundo Kanduang. Terlihat kan, bahwa masalah ini tidak dianggap remeh oleh masyarakat Minang?

Pentingnya peran Niniak Mamak

Niniak Mamak adalah sebutan bagi seorang paman. Dalam sistem matrilineal ini, paman memiliki peranan penting dalam kehidupan setiap wanita Minang, bahkan cenderung lebih dominan daripada sang ayah. Beliau harus mengetahui, memberi pendapat, menyetujui, dan mengambil keputusan dalam hajat hidup yang penting bagi si wanita.

Saat sang wanita akan menikah pun, Niniak Mamak-lah yang sibuk mempersiapkan segala sesuatu. Sungguh para paman di Minangkabau sangat sayang kepada para keponakan wanitanya. :)

Pernikahan beda suku

Wanita Minangkabau tidak diperbolehkan menikah dengan pria dari sukunya sendiri. Namun, terdapat keistimewaan yang dimiliki oleh para wanita ketika kelak akan menikah dengan pria dari suku lain, baik dalam maupun luar Minangkabau.

Anak yang terlahir dari wanita Minang yang menikahi pria suku lain akan diakui oleh dua suku sekaligus. Sementara itu, anak yang terlahir dari pasangan pria Minang dan wanita suku lain tidak akan diakui dan mendapat status dari kedua suku tersebut. Sedih juga, ya.

Warisan wanita lebih banyak daripada pria

Dalam sistem matrilineal Minangkabau, keturunan wanita mendapatkan bagian warisan lebih banyak daripada keturunan pria. Seorang ibu akan membagi rata warisannya kepada anak-anak perempuannya. Karenanya, semakin banyak anak perempuan maka besar warisan yang diterima masing-masing akan semakin sedikit.

Namun, jika ibu tersebut tidak memiliki keturunan wanita satu pun, maka garis keturunannya dianggap selesai. Harta waris pun akan jatuh ke tangan saudara sesuku terdekat.

Sistem budaya matrilineal satu-satunya di Indonesia ini sangat unik sehingga harus terus dilestarikan. Semoga kelak sistem ini dapat diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. :)


Referensi: Boombastis.com



Older Post Newer Post


Leave a comment

Please note, comments must be approved before they are published