Telusur Sejarah Perkembangan Batik Zaman Kerajaan Hindu dan Islam
Sejak duduk di bangku sekolah dasar, kita sudah diperkenalkan pada kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di Indonesia di masa lampau. Apakah Anda masih ingat semuanya?
Beberapa di antaranya adalah 3 kerajaan—Hindu dan Islam—yang dahulu sempat berjaya di Pulau Jawa. Ketiganya ternyata memiliki peranan penting terhadap sejarah dan perkembangan batik nusantara.
Tertarik untuk mengetahui lebih jauh? Mari kita telusuri kronologinya!
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Hindu yang terkenal dengan Patih Gajahmadanya ini menjadi pionir batik pertama. Salah satu peristiwa penting yang mempengaruhi kemunculan batik adalah tewasnya Adipati Kalang, penguasa Bonorowo (Tulungagung), yang memberontak kepada pemerintahan Majapahit (sekarang Mojokerto) di Desa Kalangbret. Desa tersebut kemudian menjadi tempat aktivitas membatik bermula.
Motif Sekar Jagad: kecantikan yang mempesona. (Sumber: Fitinline.com)
Batik yang dihasilkan di Kalangbret dan Mojokerto sekilas mirip dengan batik Yogyakarta, yaitu bercorak coklat dan biru tua dengan warna dasar putih. Motif batik dari masa kerajaan Majapahit yang masih lestari hingga kini antara lain Padas Gempal, Magel Ati, Limaran, dan Sekar Jagad yang bermakna kecantikan yang mempesona.
Peralihan Majapahit - Demak
Pada awal abad ke-16, kerajaan Hindu digantikan oleh kerajaan Islam. Kerajaan Majapahit kehilangan kejayaannya ketika Kesultanan Demak hadir di utara Jawa. Perbedaan struktur, pola pemerintahan, serta ketidakstabilan situasi membuat masa-masa tersebut menjadi masa peralihan.
Para rakyat dan anggota Kerajaan Majapahit pun berbondong-bondong mengungsi hingga ke Pajajaran dan Blambangan. Tradisi batik yang mereka bawa pun diteruskan dan dikembangkan di sana sampai akhirnya didapatkan motif-motif baru. Bahkan, motif batik Pajajaran disebutkan dalam naskah kuno SangHyang Siksakandang Karesian di tahun 1518, antara lain Kembang Muncang, Gagang Senggang, dan Samele.
Motif Gajah Uling (kiri, sumber: Pinterest) dan Kangkung Setingkes (kanan, sumber: Budaya-indonesia.org)
Sementara itu, batik Blambangan juga memiliki beberapa motif yang masih sering digunakan hingga kini. Motif Gajah Uling yang berbentuk huruf S purba bermakna sesuatu yang kecil namun berkekuatan besar. Sementara motif Kangkung Setingkes atau seikat kangkung melambangkan ikatan pernikahan yang bersatu dan kuat.
Kesultanan Demak
Sunan Kalijaga sebagai salah satu Wali Songo di masa Kesultanan Demak memanfaatkan batik sebagai media penyebaran ajaran agama Islam. Selain dikenakan sebagai atribut keagamaan seperti sarung dan ikat kepala, batik juga diekspor ke negeri muslim lain yang berjaya di masanya.
Motif batik Islam pada masa Kesultanan Demak. (Sumber: S. Ardi Indigo)
Motif batik pada era ini sangat dipengaruhi ajaran Islam yang ditandai dengan pengurangan penggambaran motif makhluk hidup dan lebih menonjolkan bentuk-bentuk kaligrafi huruf Arab. Meskipun begitu, masih ada motif burung sebagai representasi “kukila” dalam bahasa Kawi. Burung ini juga melambangkan “quu” dan “qilla” dalam bahasa Arab yang berarti ajakan untuk memelihara lisan.
Sayangnya, motif batik dengan kaligrafi Arab ini sudah tidak lagi diproduksi karena banyak yang enggan memakainya.
Kesultanan Mataram
Selepas era Kesultanan Demak, batik sangat mendapat tempat di kalangan keraton maupun masyarakat Kesultanan Mataram di abad ke-17. Di sinilah awal mula diciptakannya motif batik simbolis bermakna filosofis.
Di lingkungan keraton, batik digunakan oleh pria dan wanita sebagai busana harian dan busana saat upacara tradisional. Sementara di luar keraton, para wanita mengisi waktu senggangnya dengan membatik. Dari sinilah muncul pandangan bahwa pengrajin batik didominasi oleh wanita.
Batik yang diciptakan dan diproduksi pada era Kesultanan Mataram ini memiliki ciri khas, yaitu:
- didominasi bentuk geometris,
- warna motif dominan biru atau coklat dengan kombinasi hitam,
- warna latar krem atau putih,
- sering dikaitkan dengan hal-hal spiritual: mengusapkan ujung bawah batik untuk menenangkan bayi menangis, memakaikan batik di sekeliling kepala agar bayi sembuh.
Motif Parang Rusak Barong (Sumber: Seni Rupa Terapan Batik Indonesia)
Tokoh penting dalam perkembangan batik Mataram ialah Sultan Agung Hanyakrakusuma (raja ketiga). Beliau menciptakan motif Parang Rusak Barong yang bermakna gambaran perjalanan hidup manusia.
Cukup panjang juga, ya, perjalanan batik selama zaman kerajaan Hindu dan Islam lampau. Namun, perjalanan tersebut tidak berhenti sampai di sini. Nantikan kelanjutan sejarah batik nusantara di masa penjajahan Belanda dan Jepang!
Referensi: S. Ardi Indigo, Netsains
Leave a comment
This site is protected by hCaptcha and the hCaptcha Privacy Policy and Terms of Service apply.