Keris Dianggap Begitu Sakral dalam Budaya Jawa. Kelima Filosofi ini Mendasarinya
Siapa yang tak tahu keris?
Senjata tradisional yang erat dengan budaya Jawa ini pernah berjaya pada zamannya. Keris berjasa sebagai alat bela diri sebelum akhirnya dikalahkan oleh teknologi senjata api. Meskipun begitu, sampai kini keris tetap memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat Jawa, yaitu sebagai pusaka sakral yang digunakan dalam berbagai upacara adat.
Selain sebagai senjata dan pusaka, keris punya banyak pesan yang ingin disampaikan kepada manusia. Pesan-pesan tersebut terangkum ke dalam lima filosofi, seperti yang kami paparkan di bawah ini.
Filosofi pengerjaan
Keris dibuat oleh seseorang yang disebut empu dengan dibantu oleh beberapa pekerja. Proses pengerjaan ini menunjukkan bahwa manusia harus saling bekerja sama untuk mencapai tujuan hidup.
Mereka juga harus berdoa kepada Tuhan sebelum memulai pengerjaan, yang menunjukkan bahwa manusia harus selalu memohon bantuan Tuhan agar setiap kegiatan dapat berjalan lancar.
Filosofi bentuk
Ilustrasi bentuk keris. (Sumber: Indomagic)
Keris terdiri atas 2 macam bentuk, yaitu bentuk lurus dan berlekuk. Lekukan pada keris disebut juga luk. Pada keris berlekuk, jumlah luk selalu ganjil. Makna yang dihadirkan dari jumlah ganjil tersebut adalah kondisi batin manusia harus disempurnakan dengan belajar dan beribadah agar hidup menjadi genap.
Filosofi hubungan keris dan sarungnya
Keris dan sarungnya. (Sumber: Tradisikita.my.id)
Keris disimpan dalam sarung berukuran presisi. Hubungan antara keduanya dapat digambarkan melalui filosofi Manunggaling Kawulo Gusti: yaitu persatuan, keselarasan, dan keharmonisan antara manusia dan Tuhannya maupun rakyat dengan pemimpinnya. Dari sanalah akan tercipta kehidupan yang damai dan sejahtera.
Filosofi keris sebagai benda pusaka
Keris = simbol kepercayaan. (Sumber: Blog Mein Djulian)
Keris sebagai benda pusaka juga memiliki filosofi tersendiri. Pada zaman kerajaan di masa lampau, pemberian keris menjadi simbol kepercayaan raja kepada bangsawan keraton. Sang bangsawan harus mampu bersikap baik sebagai bukti bahwa beliau dapat dipercaya. Jika tidak, keris itu dapat diambil kembali oleh sang raja.
Filosofi peletakan keris
Peletakan keris di pinggang. (Sumber: Jurnal Patroli News)
Keris merupakan simbol kejantanan bagi laki-laki, khususnya laki-laki Jawa. Karenanya keris tidak pernah luput dipasang di tubuh saat upacara pernikahan. Keris tersebut disematkan di belakang pinggang sebagai representasi sifat orang Jawa yang lemah lembut dan hanya menunjukkan kekuatannya saat terdesak.
Nah, sekarang sudah tahu bukan, mengapa keris dianggap sakral? Namun, tetap cintai keris sebagaimana adanya dengan tidak mengaitkannya kepada hal-hal mistis, ya. Jadikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai motivasi hidup dan pacuan untuk menjaga peninggalan budaya. :)
Referensi: Blog Rana Senja
Leave a comment
This site is protected by hCaptcha and the hCaptcha Privacy Policy and Terms of Service apply.