Mengenal Son Son: Ritual Batik Khas Pengantin Madura
Mungkin kita sudah sering mendengar dan melihat keterlibatan batik dalam prosesi pernikahan secara adat. Ada yang diberikan sebagai hantaran, ada pula yang digunakan sebagai busana pernikahan. Semua lengkap dengan makna di balik motifnya masing-masing. Namun, ada yang unik dari prosesi pernikahan di Madura. Sama-sama melibatkan batik, tapi penggunaannya tidak hanya sebatas objek prosesi tetapi sebagai ritual yang sakral.
Dikenal dengan nama Son Son, ritual ini merupakan proses pengasapan batik dengan dupa yang dibakar di atas tungku yang bertujuan untuk merawat batik supaya awet dan membuatnya kembali harum. Ritual ini juga seringkali disebut sebagai spa batik atau Okop dalam bahasa Madura. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ritual Son Son dilakukan sebagai bagian dari prosesi pernikahan memiliki makna khusus bagi kedua pengantin yaitu agar perjalanan hidup mereka ‘harum’ dan tujuannya tercapai. Pada masa kini, ritual ini hampir punah. Meskipun sudah jarang diselenggarakan, ritual ini masih sering ditampilkan dalam pagelaran budaya Madura.
Dalam pelaksanaannya, ritual ini dapat diselenggarakan baik oleh kalangan bangsawan atau nonbangsawan. Pada kalangan bangsawan, kedua pengantin pria dan wanita diasapi sebagai bentuk penyatuan serta terdapat potongan nanas dalam dupa sebagai simbol kain yang akan diturunkan ke anak cucu. Sementara pada kalangan nonbangsawan, hanya pengantin wanita saja yang diasapi Son Son.
Berdasarkan Harian Kompas, urutan pelaksanaan ritual Son Son adalah sebagai berikut:
- Orang tua pengantin yang menginginkan ritual ini dilaksanakan sebagai tolak bala mendatangi dukun Son Son
- Pengantin kemudian duduk di atas kursi yang berlubang. Celah pada kursi diharapkan menjadi jalan agar asap pembakaran bisa langsung mengenai pengantin. Pada saat yang sama, seorang bapak pujangga mengiringi prosesnya dengan membacakan mantra.
- Pengantin kemudian diselubungi kain batik oleh dukun Son Son dan diasapi dupa yang berada di kolong kursi. Beragam sesaji seperti tumpeng, pisang, dan bunga juga disediakan. Masing-masing sesaji tersebut merepresentasikan makna filosofis yang positif bagi pengantin.
- Oleh dukun, kain batik yang masih dilipat (tidak diselubungi pada pengantin) diasapi sambil dibuka dan dibolak-balikkan. Proses ini diiringi dengan nembang.
- Kain batik yang dikenakan pengantin beserta kain yang diasapi kemudian dilipat dan diberikan kepada orang tua pengantin.
Setelah kelima urutan tersebut terlaksana, ritual Son Son pun selesai. Ritual ini memang sudah jarang dilakukan, tetapi tidak ada salahnya jika kita mengetahui dan ikut melestarikannya sebagai bagian dari budaya bangsa. Mari kita terus mengeksplorasi budaya dan tradisi asli Indonesia! :)
Leave a comment
This site is protected by hCaptcha and the hCaptcha Privacy Policy and Terms of Service apply.