#KilasBalik 10 Perbedaan Jakarta: Dulu dan Sekarang
Kelahiran kota Jakarta telah berlalu selama 490 tahun sejak 1527. Apa saja sih yang telah berubah dalam rentang waktu tersebut? Well, mungkin tidak semua kejadian terekam dari awal, tapi setidaknya foto-foto yang diambil di era 1900-an ini bisa menggambarkan perbedaan Jakarta dulu dan sekarang.
Jadi, Jakarta versi mana yang Anda pilih?
Monas
Monas dulu dan sekarang.
Monumen Nasional karya arsitek F. Silaban pada tahun 1960-an masih menjulang tinggi tanpa tersaingi bangunan di sekitarnya. Kawasan Silang Monas pun masih menyatu dengan jalan Medan Merdeka tanpa dipagari.
Kini Monas semakin cantik dengan sorotan lampu warna-warni di malam hari. Keberadaan kolam di depannya turut dipercantik dengan air mancur menari berwarna semarak. Namun, kawasan Silang Monas tersebut kini dipagari untuk menjaga agar tidak ada kendaraan bermotor yang memasukinya.
Pemandangan dari puncak Monas
Jakarta dari puncak Monas, dulu dan sekarang.
Jika lima dekade lalu kita dapat memandangi Jakarta yang lengang dan masih relatif asri saat dipandang dari puncak Monas, sayangnya penampakan itu tidak bisa lagi kita nikmati. Jakarta kini telah menjadi hutan beton hingga sejauh mata memandang yang dibatasi Laut Jakarta. Ruang terbuka hijau sangat terbatas, bahkan pohon besar hanya tumbuh lebat di sekitar kawasan Monas.
Jalur Trem
Trem Jakarta.
Dahulu kala, Jakarta tak kalah dengan San Fransisco, lho! Ya, trem sebagai alat transportasi atas rel yang menyatu dengan jalan aspal sempat menjadi andalan warga Jakarta. Namun, Presiden Soekarno memutuskan untuk meniadakannya setelah melihat bahwa hilir mudiknya trem justru mengganggu keindahan kota.
Stasiun Jakarta Kota
Stasiun Jakarta Kota, tak banyak berubah.
Stasiun yang juga akrab dengan sebutan Beos ini dibangun dengan gaya arsitektur Art Deco. Hampir seluruh bagian utama gedung masih asli hingga kini. Perbedaan yang ada hanyalah di bagian peron dan kehadiran neon box dari toko-toko penyewa kios.
Tugu Pancoran
Tugu Pancoran yang semakin terhimpit zaman.
Tugu yang bernama asli Tugu Dirgantara ini pernah tegak berdiri di tengah-tengah kawasan tanpa penghalang yang mengaburkan fokus. Sayangnya kini kemegahannya telah terhimpit dari bawah, kiri, dan kanan oleh jalan layang yang dibangun demi memenuhi kapasitas kendaraan yang berlalu lalang.
Karet Tengsin
Kebun Karet yang jadi hutan beton.
Ternyata kata Tengsin di sini bukan berarti ‘malu’, lho. Nama Tengsin disematkan di kawasan Karet karena tanah tersebut dulunya merupakan milik seorang Cina-Betawi bernama Tan Tieng Shin. Tanah yang kini dipenuhi oleh berbagai pencakar langit itu pernah berfungsi sebagai perkebunan karet. Kedua hal bersejarah itulah yang mendasari penggabungan nama Karet dan Tengsin.
Jembatan Semanggi
Jembatan Semanggi yang semakin ramai.
Foto kiri menampilkan kawasan Jembatan Semanggi yang masih asri dan belum diramaikan jalan tol Dalam Kota. Sementara itu, foto kanan diambil oleh Gilang Permana yang memenangkan Lomba Foto Jalan dan Jembatan pada tahun 2012. Pada 2017, kawasan ini semakin berubah drastis semenjak adanya Simpang Susun Semanggi. Wah, semakin ramai deh di sana!
Jalan Hayam Wuruk
Jalan Hayam Wuruk makin melebar.
Jalan yang dibelah Kali Besar sekaligus menghubungkan Kawasan Kota Tua dengan kota baru Jakarta ini sejak awal sudah lebar. Jika dahulu jalan ini boleh dilalui oleh delman dan becak, sekarang hanya boleh dilalui oleh kendaraan bermotor pribadi dan umum. Jalan pun semakin lebar, bahkan jalan ini menjadi jalur koridor Transjakarta yang pertama.
SMA 1 Jakarta
SMA 1 yang sejak dulu difungsikan sebagai sekolah.
SMA 1 Jakarta atau yang populer dengan sebutan Boedoet ini sering dijadikan lokasi syuting karena desain bangunannya yang berciri khas Kolonial Belanda. Ternyata sejak dulu bangunan ini dipergunakan sebagai sekolah yang bernama Prins Hendrik School. Nama sekolah tersebut dipakai untuk mengabadikan nama anak Raja William dari Belanda.
Kunstkring Paleis
Kunstkring Paleis yang kembali ke fungsinya sebagai galeri seni.
Siapa sangka, bangunan yang saat ini difungsikan sebagai restoran elit dan galeri seni ini pernah berganti-ganti fungsi yang tidak berhubungan satu sama lain? Gedung ini pernah menjadi bar, kantor Majelis Islam Alaa Indonesia (Masyumi), dan kantor imigrasi. Kunstkring Paleis juga pernah dibiarkan terbengkalai sebelum akhirnya dihidupkan kembali.
Perbedaan-perbedaan di atas menjadi penanda bahwa sudah banyak sekali momen yang dilalui kota Jakarta. Di tahun ke-490 ini, mari berdoa agar kota ini semakin ramah dan dicintai.
Selamat Ulang Tahun, Jakarta!
Referensi Tulisan dan Sumber Gambar: Hipwee.com
Leave a comment
This site is protected by hCaptcha and the hCaptcha Privacy Policy and Terms of Service apply.