Kain Nusantara #1: Cantiknya Kain Tradisional Asal Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
Kekayaan dan keragaman budaya Indonesia merambah berbagai bidang, termasuk fesyen yang diwakili oleh kain tradisional. Sebenarnya bukan hanya batik saja yang populer, tetapi masih banyak sekali kain tradisional khas daerah yang bisa dieksplorasi.
Untuk mengedukasi Anda sebagai pencinta kain, kami akan menghadirkan seri Kain Nusantara hingga tiga minggu ke depan. Seri ini kami awali dengan mengenalkan kain khas dari Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Daripada menunggu lama, mari saksikan keindahan hasil tangan nusantara berikut ini!
Ulos
Kain Ulos. (Sumber: Indonesia Tourism)
Kain tenunan yang berasal dari Suku Batak di Sumatera Utara ini didominasi oleh warna merah, hitam, dan putih dengan aksen benang emas dan perak di beberapa bagian. Ulos menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Batak dan dikenakan pada berbagai kesempatan baik suka maupun duka. Menurut kepercayaan nenek moyang, ulos merupakan lambang kehangatan hidup bagi tubuh manusia. Sayangnya sudah ada beberapa jenis ulos yang punah.
Songket
Kain Songket. (Sumber: Blog Nekobiz)
Kain yang dikenal luas oleh masyarakat Melayu, Minangkabau, dan Palembang ini termasuk dalam kelompok tenunan brokat. Nama “songket” diambil dari bahasa Melayu “sungkit” yang berarti “mengait”. Hal tersebut relevan dengan cara pembuatannya yaitu kain tenun yang dikaitkan dan disisipkan benang emas. Kesan mewah dan elegan dihadirkan oleh benang emas dan perak yang dipadukan dengan warna dasar merah.
Tapis
Kain Tapis. (Sumber: Blog Nyak Lampung)
Kain Tapis berasal dari Lampung dan disulam dengan alat tradisional. Kain ini menjadi media penyelarasan hidup dengan Tuhan dan alam semesta, sekaligus menjadi cerminan kepribadian para gadis yang membuatnya. Warna dasar kain umumnya berwarna gelap dan diisi dengan benang emas. Motif khas dari kain Tapis antara lain zigzag dan piramida.
Sasirangan
Kain Sasirangan. (Sumber: Bisnis UKM)
Suku Banjar di Kalimantan Selatan memiliki kain tradisional bernama Sasirangan. Nama tersebut berasal dari kata “sirang” yang berarti diikat dengan tangan dan ditarik. Motif digambar di atas kain mori atau tenun lalu disirang sesuai motif. Kain Sasirangan ini identik dengan warna yang terang dan ceria.
Tenun Ulap Doyo
Kain tenun Ulap Doyo. (Sumber: Indi Tourist)
Ulap Doyo merupakan kreasi kain tenun ikat khas Suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. Nama Doyo berasal dari daun sejenis pandan berserat kuat yang menjadi bahan utama kain tenun ini. Daun tersebut dikeringkan lalu dijalin dan dilinting membentuk benang. Pewarnaan tenun Ulap Doyo menggunakan teknik celup ikat dengan pewarna alami seperti daun tarung dan jelawing.
Lurik
Kain Lurik. (Sumber: Fitinline.com)
Lurik merupakan kain tradisional Jawa selain batik yang sudah eksis sejak zaman kerajaan. Ciri khas kain ini adalah garis-garis sederhana beraneka warna. Lurik dibuat dari benang tumbuhan perdu yang ditenun menggunakan alat tenun bendho maupun gendong. Terdapat tiga jenis motif dasar yaitu lajuran (vertikal), pakan malang (horizontal), dan cacahan (corak kecil). Kain ini banyak dimanfaatkan sebagai surjan, pakaian adat pria Jawa.
Itu dia beberapa kain nusantara dari Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Tunggu seri Kain Nusantara berikutnya yang akan menghadirkan kain khas Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi!
Â
Referensi: Klik Hotel, Fitinline
Leave a comment
This site is protected by hCaptcha and the hCaptcha Privacy Policy and Terms of Service apply.