Bagi Pandu dan Engrasia, Kebangkitan Para Pengrajin Tradisional Berarti....
Hari ini kita kembali menemui tanggal yang identik dengan semangat juang. Ya, 20 Mei, yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Kami yakin, semangat kebangkitan tidak hanya dimiliki oleh para pejuang kemerdekaan, tetapi juga mereka yang berjuang melestarikan kebudayaan Indonesia. Salah satunya adalah para pengrajin tradisional. Dari pikirannya mengalir kreativitas, dari tangannya terwujud karya nyata, dan dari hatinya terpancar ketulusan bahwa apa pun yang dicipta adalah persembahan bagi bangsa.
Dalam rangka memperingati hari yang penuh motivasi ini, kami telah mewawancarai Pandu Truhandito, Co-Founder Engrasia, untuk membagikan pandangannya mengenai para pengrajin tradisional Indonesia. Mari kita simak! :)
Tim (T): Seperti apa kondisi kerajinan dan pengrajin tradisional yang selama ini ada menurut pandangan Anda?
Pandu (P): Pengrajin lokal memiliki potensi yang luar biasa. Sebanyak 14,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia didapat dari kerajinan lokal. Sayangnya, mereka belum mendapatkan sarana dan prasarana yang memadai secara konsisten. Dari segi kemudahan melakukan aktivitas usaha secara finansial, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia masih terbatas. Kondisi yang ada belum bisa memberikan inspirasi kepada generasi penerus dan infrastruktur untuk transportasi barang juga belum memadai.
T: Lalu, apakah dampak dari kondisi tersebut bagi Anda?
P: Sejak 2012, saya memiliki keinginan untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia. Saya baru sadar ketika ingin memulai Engrasia, bahwa memajukan kerajinan lokal adalah salah satu cara terbaik untuk menumbuhkan ekonomi di daerah.
T: Apa pendapat Anda terhadap event-event yang mempromosikan kerajinan, misalnya Inacraft?
P: Event seperti ini sangat bagus untuk mendapatkan exposure. Namun, dengan program acara yang ada sekarang, jangkauannya masih sangat terbatas sehingga muncul kesan eksklusif. Persyaratan biaya, lokasi, dan tempat membuat event ini hanya bisa diikuti beberapa pengrajin saja padahal potensi kerajinan Indonesia masih jauh lebih besar dari apa yang dipamerkan di event tersebut. Jika kita hitung berdasarkan target penjualan retail Inacraft 2016 yaitu Rp3,192 triliun, nominal tersebut hanyalah 14,7% dari total jumlah PDB Indonesia dari kerajinan lokal. Sementara itu, Engrasia ingin menghilangkan eksklusivitas tersebut agar semua pengrajin, tanpa terkecuali bisa berpartisipasi. Engrasia juga tidak memungut biaya pemasangan untuk kepentingan pengrajin, sehingga kami hanya akan sukses jika pengrajin juga sukses.
T: Apa yang Anda temukan saat menghadiri Inacraft di April kemarin?
P: Menghadiri Inacraft 2016 kemarin membuat kami sadar bahwa PR kami masih begitu banyak. Kekayaan budaya Indonesia membuahkan kerajinan yang sangat variatif dari segi bahan, teknik, dan juga cerita. Hal ini membuat kami semakin yakin dan berharap bahwa kita bisa memajukan kerajinan lokal di tahun-tahun mendatang asalkan semua pihak mau berkontribusi untuk kebaikan bersama, baik pengrajin, konsumen, maupun perantara.
T: Apakah Anda memiliki cara atau pendapat mengenai para pengrajin agar bisa bangkit?
P: Teruskan perjuangan ke generasi yang lebih muda, terbuka kepada cara-cara baru berjualan, bergotong-royong dengan pihak-pihak yang ingin memajukan industri dan bukan hanya pribadi, dan yang paling penting: jangan pernah menyerah. Engrasia percaya bahwa pengrajin lokal adalah salah satu kunci kesejahteraan bangsa. Kami akan terus membantu pengrajin lokal untuk meluaskan pasar mereka sampai seluruh rakyat Indonesia makmur dan berkecukupan.
Paparan dari Pandu di atas sangat menginspirasi, ya! Apa yang disampaikannya membuka pikiran kita bahwa para pengrajin tradisional harus bangkit dan bergerak maju. Sekali saja seluruh pengrajin tradisional bangkit dengan kompak, kerajinan lokal Indonesia akan semakin dikenal dan tak terkalahkan.
Tunggu apalagi? Ayo bangkit!
Leave a comment
This site is protected by hCaptcha and the hCaptcha Privacy Policy and Terms of Service apply.